Ilustrasi debt collector (Fot:igoman.blogspot.com)
SIANG itu cuaca di Jakarta cukup panas. Puluhan karyawan tampak menikmati santap siang di foodcourt Lantai 9 Menara Jamsostek, Jalan Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta, akhir pekan lalu.
Seorang berbadan tegap sudah menunggu kedatangan okezone di tempat itu. �Hai, pa kabar. Lama banget sih datangnya? Gue masih ada kerjaan lagi nih,� ucap seorang pria berambut tipis menyapa kedatangan okezone. Sebut saja namanya Risman, pria asal Sumatera Utara ini sudah lama bekerja sebagai debt collector di Citibank. Perusahaan perbankan berskala internasional ini kini dirundung dua kasus heboh berturut-turut.
Pertama, pembobolan dana nasabah oleh Malinda Dee, karyawati senior Citibank senilai Rp17 miliar. Kedua, insiden tewasnya Sekretaris Jenderal Partai Pemerhati Bangsa (PPB) Irzen Okta yang diduga kuat dianiaya oleh debt collector bank tersebut saat mengkonfirmasi tangihannya yang membengkak hingga Rp100 juta.
Untuk kasus kematian Okta, Risman bersedia berbincang-bincang dengan okezone karena ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya. Tanpa berlama-lama, kami pun menuju sebuah kedai minuman yang tak jauh dari tempat itu dan memesan dua gelas jus untuk melepas dahaga. �Kalau dibunuh atau dianiaya itu tidak betul," terang Risman membuka pembicaraan.
Apa yang dikemukakan Risman ini berbeda dengan rumor yang beredar. Dia beralasan, jika betul dianiaya pasti akan terdengar jeritan dan petugas sekuriti akan melihat kejadian tersebut. Risman menceritakan, pada Selasa 22 Maret, korban mendatangi kantor Citibank di Menara Jamsostek, untuk menanyakan tagihan kartu kreditnya. Lantaran tagihannya sudah besar dan menunggak cukup lama, Okta dibawa rekannya ke Ruang Cleo atau sering disebut Ruang Monyet (RM) di lantai lima gedung itu.
Korban sempat mampir di ruang tunggu sekuriti. Tidak berapa lama datang seorang kolektor lalu membawanya ke Ruang Cleo. Di ruang itu biasanya ada negosiasi untuk penyelesaian tunggakan. �Tidak lama kemudian korban tergeletak di ruangan itu. Kami pun kaget,� ujar Risman. Saat itu, sambung dia, petugas keamanan setempat membantu mendudukkan korban di kursi roda, kemudian dibawa ke luar ruangan.
Risman menjelaskan, Ruang Cleo atau Ruang Monyet adalah ruangan khusus yang berisi meja dan kursi untuk negosiasi tagihan bermasalah. Nama Cleo, diambil dari nama ruangan yang sudah ada sebelumnya.
Selain bernama Cleo, ada juga ruangan Silver. �Kami para kolektor dan lainnya sering menamakan tempat itu dengan sebutan Ruang Monyet atau RM,� ungkapnya.
Kok disebut Ruang Monyet? Risman mengaku tidak tahu pasti alasannya. Namun nama tersebut sudah lama diberikan oleh senior sebelumnya. Risman tidak menampik jika di dalam Ruang Monyet sering terjadi tekanan kepada nasabah bermasalah segera melunasi utang-utangnya.�Kami hanya menge-push nasabah untuk segera melunasi utangnya,� tandas Risman.
Karena penasaran juga, Okezone pun mencoba melihat lebih dekat ke dalam ruang interogasi maut tersebut. Setelah naik ke lantai lima, ada ruangan berkaca dengan diameter 2X2 meter di sebelah kanan. Ya, itulah Ruang Cleo atau Ruang Moyet yang ramai dibicarakan itu.
Sayang langkah okezone terhenti untuk lebih dekat lagi mengamati tempat itu. Dua orang sekuriti berpakaian seragam dan safari dengan raut muka penuh curiga menghadang. �Mau ke mana mas? Ada keperluan apa?� tanya seorang sekuriti yang berpakaian seragam.
Mendapat teguran tersebut, terpaksa okezone balik badan turun lagi ke lantai bawah meski sudah menjelaskan alasan kedatangan. Mungkin karena di sekitar ruang tersebut masih terlintang police line, sehingga siapapun yang tidak berkepentingan tidak diperbolehkan masuk demi keperluan penyelidikan.
Ketika diamati di dalam Ruang Moyet ini tidak terpasang CCTV, sehingga tidak bisa merekam semua peristiwa yang terjadi di ruangan itu. Sementara CCTV yang disita polisi hanya yang di luar sehingga gambar yang tertangkap sebatas lobi. Ruangan ini ternyata dibuat khusus untuk menginterogasikan nasabah bermasalah dengan pendekatan �high pressure�. Tidak seperti tempat negosiasi biasa.
Nah di Ruang Moyet atau Cleo inilah Irzen Octa diinterogasi secara bergantian oleh tiga orang debt collctor, Aries Lukman, Donald, dan Hendry, atas perintah atasan mereka bernama Boy. Kapolres Jakarta Selatan Kombes Gatot Edi Pramono mengatakan di ruangan khsusus inilah korban dibentak-bentak dan mulai memukul korban. �Aries marah-marah sambil mengebrak meja. Saat itu juga Donald menendang dan memukul tangan korban,� jelas Kapolres.
Sementara itu Direksi Citibank yang berkukuh penagih gelapnya tidak melakukan kekerasan saat menagih utang nasabah. Citibank pun menampik tuduhan terjadi pembunuhan terhadap Irzen Octa. "Dengan penelitian internal kami, tidak ada kekerasan fisik yang terjadi. Juga banyak spekulasi yang terjadi," kata Citi Country Officer Citi Indonesia Shariq Mukhtar dalam rapat dengar pendapat di Komisi XI DPR, Senayan, Jakarta, Selasa, 5 April lalu.
Mukhtar menegaskan pihaknya akan terus membantu penyidikan kepolisian agar kasus tewasnya Irzen bisa terungkap tuntas."Kami berupaya mencari kebenaran apa yang terjadi dengan nasabah kami" tambahnya Menurutnya, Citibank memiliki aturan tertentu saat melakukan penagihan utang kartu kredit milik nasabah. "Citibank menerapkan standar yang tinggi dalam hal ini," pungkasnya.
Dalam kasus ini, Polres Jakarta Selatan telah menetapkan Leader Collection Citibank, DT, sebagai tersangka bersama tiga orang lainnya. Henry Waslinton (25), Donald Harris Bakara (26) dan Arief Lukman (26). Ketiga debt collector ini dikenai pasal 351 ayat 3 jo pasal 170 jo pasal 335 KUHP tentang penganiayaan.
Mendadak Sepi
Beberapa hari pascatragedi tewasnya Irzen Octa lantai lima di Menara Jamsostek, mendadak sepi. Aktivitas di kantor itu tidak seperti biasanya yang ramai dengan nasabah dan karyawan berlalu lalang. Jam pulang karyawan dimajukan menjadi 14.00 WIB oleh pihak manajemen. Ketika okezone menelusuri lantai lima di gedung tersebut yang lazimnya digunakan nasabah untuk membayar cicilan kartu kredit, tak ada satu pun nasabah yang terlihat.
Namun yang ada penjagaan diperketat. Tidak sembarang bisa memasuki lantai tersebut. Ada tiga lantai di Menara Jamsostek yang mempunyai aktivitas perbankan Citibank yaitu lantai empat dan lima adalah untuk pembayaran dan enam digunakan oleh bagian marketing. �Nasabah banyak yang komplain kepada kami, terkait adanya kasus tersebut. Mereka umumnya nasabah yang mempunyai kesulitan dalam pembayaran,� ujar Risman.
Kendati demikian, kata dia, nasabah Citibank tetap ada saja yang datang ke Menara Jamsostek. Namun untuk sementara pembayaran nasabah dialihkan ke lantai empat, selain di lantai lima masih digaris polisi untuk kepentingan penyelidikan. �Kami takut juga sih datang ke sana. Namun apa boleh buat sebagai nasabah mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran,� ujar seorang wanita yang enggan disebutkan namanya.
Dia mengatakan kantor Citibank di Menara Jamsostek adalah tempat bagi nasabah yang mengalami kesulitan pembayaran. Hal tersebut diamini Riman. Menurutnya, sebelum melakukan pembayaran di Menara Jamsostek, nasabah dapat melakukan pembayaran di Pondok Indah. �Kalau di sini tempat nasabah yang bermasalah dalam tagihan. Biasanya yang bandel baru dibawa ke sini,� paparnya.
Sumber: http://news.okezone.com/read/extend/2011/04/13/343/445376/jejak-hitam-tukang-tagih-di-ruang-monyet